Minggu, 21 Oktober 2018

PENETAPAN WAKTU PENGAMBILAN CUPLIKAN, PEMILIHAN DOSIS DAN ASUMSI MODEL KOMPARTEMEN


I.            TUJUAN
1.         Mampu memperkirakan model kompartemen kinetika obat berdasarkan kurva semi logaritmik kadar obat dalam darah terhadap waktu.
2.         Mampu menetapkan jadwal dan jumlah cuplikan serta lamanya sampling untuk pengukuran parameter farmakokinetika berdasarkan model kompartemen yang telah ditetapkan.
3.         Mampu  menentukan dosis obat bagi hewan uji dengan tepat.

II.            DASAR TEORI
Pada eliminasi zat aktif suatu obat dipahami dengan waktu paruh yang menunjukkan  periode waktu, dimana jumlah zat aktif suatu obat berkurang sampai dengan setengahnya. Sebagai ukuran adalah kadar yang diukur di dalam plasma dan dipakai istilah waktu paruh plasma. Adanya pengertian waktu paruh suatu obat dimungkinkan suatu perkiraan lamanya obat dalam dosis tunggal berefek. Dengan demikian waktu paruh adalah sebagai dasar terpenting untuk pembuatan skema pemberian obat. Aspek-aspek berikut adalah penting sebagai pedoman klinis :
1.      Apabila waktu paruh diketahui lebih pendek daripada interval pemberian obat, maka ada kemungkinan suatu periode di mana obat yang tidak berefek. Sebaliknya apabila waktu paruh ternyata lebih panjang daripada interval pemberian obat, maka memberikan kemungkinan akumulasi obat tersebut di dalam tubuh.
2.      Pemberian dosis dobel memperpanjang lamanya obat berefek hanya sekitar satu waktu paruh. Pada obat-obatan yang mempunyai waktu paruh pendek, mengharapkan terapi yang intensif dengan cara memberikan dosis yang lebih besar adalah tidak banyak berarti.
(Dr. Untung Widodo,1993)
Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari kinetik zat aktif dalam tubuh (in vivo) dimulai dari absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Obat yang masuk ke dalam tubuh akan mengikuti suatu model farmakokinetik yang khas. Model tersebut dapat berupa model satu kompartemen atau multi kompartemen yang sangat tergantung pada proses yang dialami zat aktif selama dalam tubuh. (Shargel, dkk., 2005).
Penetapan kompartemen farmakokinetik dari obat pada setiap tahap perlu ditetapkan secara kuantitatif dan dijelaskan dengan bantuan parameter farmakokinetik. Parameter farmakokinetik ditentukan dengan perhitungan matematika dari data kinetika obat di dalam plasma atau di dalam urin yang diperoleh setelah pemberian obat melalui berbagai rute pemberian, baik secara intravaskular atau ekstravaskular. Parameter farmakokinetik dapat digunakan sebagai klasifikasi farmakokinetik dari obat-obatan yang digunakan dimana akhirnya akan berguna dalam penggunaannya dalam terapi pengobatan.
Profil dan model farmakokinetik yang didapat dari penelitian umumnya dilakukan dengan pemberian obat secara intravena. Tubuh manusia dapat diwakili sebagai suatu jaringan yang tersusun secara sistem seri dari kompartemen-kompartemen yang berhubungan secara reversibel antara organ yang satu dengan yang lainnya. Model kompartemen adalah pendekatan penyederhanaan dari seluruh jaringan di dalam tubuh ke dalam satu atau dua kompartemen yang menggambarkan pergerakan obat di dalam tubuh. (Shargel dkk., 2005)
Pemodelan farmakokinetik berguna untuk : (1) memprediksikan konsetrasi obat di dalam plasma, jaringan, dan urin, (2) mengkalkulasikan dosis optimum obat bagi setiap pasien, (3) mengestimasikan kemungkinan terakumulasinya obat dan atau produk-produk metabolismenya, (4) mengkorelasikan konsentrasi obat dengan efek toksisistas dan efek farmakologinya, (5) mengevaluasi perbedaan konsentrasi yangterkandung dalam plasma antara formula yang satu dengan yang lainnya,(6) menjelaskan bagaimana pengaruh perubahan fisioligi dan efek dari penyakit terhadap absorpsi, distribusi dan eleminisai dari suatu obat, (7) menjelaskan interaksi obat yang mungkin terjadi.  (Shargel, dkk., 2005).
Pemodelan dalam Farmakokinetika
            Dalam suatu penelitian atau studi farmakokinetika, perkembangan kadar jumlah obat (senyawa yang kontinyutau metabolitnya) dalam tubuh dilakukan pada titik-titik waktu yang diskontinyu (misal pada waktu-waktu 30 menit, 1 jam, 2 jam, 3 jam, 6 jam, dan 8 jam setelah pemberian obat), karena sampai saat ini tidak mungkin untuk dapat menentukan kinetika obat dalam tubuh secara eksperimental dalam waktu yang kontinyu. Dengan demikian, data eksperimental yang akan kita peroleh hanyalah untuk waktu-waktu tersebut tadi. Model yang paling sering dipakai adalah model kompartemental, dimana keadaan tubuh direpresentasikan ke dalam bentuk kompartemen. (Dr. Yeyet Cahyati S., Apt., 1985).

Model Kompertemen
Kompartemen bukan suatu daerah anatomi yang nyata, melainkan dianggap sebagai suatu jaringan yang mempunyai aliran darah dan afinitas obat yang sama. Model kompartemen di dasarkan atas anggapan linier yang menggunakan persamaan diferensial linier. (Shargel, dkk., 2005).
Tetapan laju reaksi digunakan untuk menyatakan semua proses laju obat masuk dan keluar dari kompartemen. Untuk menganalisis data yang diperoleh dari percobaan, model kompartemen dapat dibedakan menjadi sistem satu dan dua kompartemen terbuka. (Shargel, dkk., 2005).
Model kompartemen dibagi menjadi dua yaitu :
a. Model kompartemen satu terbuka
Model kompartemen satu terbuka mempunyai anggapan bahwa perubahan kadar obat dalam plasma sebanding dengan kadar obat dalam jaringan. Model ini obat akan didstribusikan ke semua jaringan di dalam tubuh melalui sistem sirkulasi dan secara tepat berkeseimbangan di dalam tubuh. Tetapi, model ini tidak menganggap bahwa konsentrasi obat dalam tiap jaringan adalah sama pada berbagai waktu. Di samping itu DB juga tidak dapat ditentukan secara langsung, tetapi dapat ditentukan konsentrasi obatnya dengan menggunakan darah. Volume distribusi, Vd adalah volume dalam tubuh dimana obat tersebut larut (Shargel, dkk., 2005).                                                                                                                            
Volume
(V)
 
                            D                                          ke
Obat masuk                                                                 Obat keluar


Gambar 1. Model satu kompartemen terbuka    (Wagner.JG.1993)
Gambar diatas diumpamakan obat disuntikkan secara langsung ke dalam kompartemen ini (misalnya injeksi intravena) dan mendistribusikan ke seluruh kompartemen.
Konsentrasi obat pada waktu nol (Co) dapat dihitung dengan cara besarnya dosis obat (D) dibagi dengan besarnya volume distribusi

b. Model Kompertemen Dua Terbuka
Model kompartemen dua dianggap bahwa obat terdistribusi ke dalam dua kompartemen. Kompartemen kesatu, dikenal sebagai kompartemen sentral,yaitu darah, cairan ekstra-selular dan jaringan-jaringan dengan perfusi tinggi,kompartemen-kompartemen ini secara cepat terdifusi oleh obat. Kompartemen kedua merupakan kompartemen jaringan, yang berisi jaringan-jaringan yangberkesetimbangan secara lebih lambat dengan obat. Model ini dieliminasi dari kompartemen sentra. (Shargel, dkk., 2005).
Kompartemen perifer
Volume V2
 
Kompartemen pusat
Volume V1
 
                        D
Obat masuk
                                                  Ke
                                     Obat keluar
Gambar 2. Model kompartemen dua terbuka(Wagner.JG.1993)
Model kompartemen dua ini pada dasarnya mempunyai prinsip yang sama dengan model kompartemen satu namun bedanya terdapat dalam proses distribusi karena adanya kompartemen perifer, eliminasi tetap dari kompartemen sentral. Model ini sesuai untuk banyak obat

Model Non Kompartemen
Parameter farmakokinetik dapat diperkirakan dengan cara lain yaitu dengan menggunakan model non kompartemen. Metode ini dikerjakan atas dasar perkiraan luas daerah di bawah kurva kadar obat didalam darah melawan waktu.
Model non kompartemen ini semua prosesnya harus mengikuti kinetika orde satu yang berarti farmakokinetiknya harus linier. AUC ini tidak hanya digunakan untuk menghitung bioavaibilitas, tetapi dapat juga digunakan untuk menghitung klirens obat yang sama dengan perbandingan obat ke dalam pembuluh darah dan AUC. (Gibaldi dan Perrier, 1982).
Model non kompartemen ini antara lain dapat digunakan untuk memperkirakan bioavaibilitas, klirens, volume distribusi dan fraksi obat yang berubah menjadi metabolit berdasarkan data dosis tunggal dari obat dan metabolitnya. Pada pemberian obat dosis tunggal, sample darah hanya diambil sampai waktu tertentu (t* ) dan konsentrasi tertentu (C*). Oleh karena itu pada perhitungan AUC dari t sampai t~ (AUCo) mengikuti 2 langkah, langkah yang pertama yaitu perhitungan AUC dari t sampai t* dengan menggunakan metode trapezium, sedangkan langkah kedua yaitu menghitung dari t* sampai t~. Dengan persamaan sebagai berikut :
8. C . dt = C* .............(1)
t* K
Harga k = 2,303 × slope fase terminal kurva logaritma kadar lawan waktu. Klirens merupakan sebagai fungsi dan kemampuan intrinsik yang dapat memetabolisme suatu obat dari organ khusus seperti ginjal dan liver.
Kecepatan obat yang masuk melalui organ sama dengan hasil kali aliran darah dengan konsentrasi darah di vena, sedangkan kecepatan obat yang meninggalkan organ sama dengan hasil kali aliran darah dengan konsentrasi di vena. Perbedaan antara kecepatan masuk dan kecepatan keluar obat disebut dengan kecepatan eliminasi, yaitu dengan persamaan = Q (CA – CV).............(2)
Acetaminophen (BM:151,16)
Description: /data/data/com.infraware.PolarisOfficeStdForTablet/files/.polaris_temp/image4.emf
Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2, dihitung terhadap zat anhidrat.
Pemerian          : serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.
Kelarutan         : larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1N; mudah larut dalam etanol
(FI ed IV, 1995).
Resorpsinya, dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rectal lebih lambat. PP-nya 25%, plasma t 1/2nya 1-4 jam. Antara kadar plasma dan efeknya tidak ada hubungan. Dalam hati zat ini diuraikan menjadi metaboli-metabolit toksis yang diekskresi dengan kemih sebagai konjugat glukuronida dan sulfat.
Efek samping tak jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah. Pada penggunaan kronis dari 3-4g sehari dapat terjadi kerusakan hati dan pada dosis diatas 6g mengakibatkan necrosis hati yang tidak reversible
(Tjay Tan Hoan.2007. Hal:318).
 III.            ALAT DAN BAHAN
ALAT
·           Labu takar
·           Mikro pipet
·           Pipet ukur
·           Pipet volume
·           Tabung reaksi
·           Scalpel
·           Holder
·           Evendrop
·           Vortex mixer
·           Centrifuge
·           Kuvet
·           Spektrofotometer

BAHAN
·           Paracetamol
·           TCA 20 %
·           NaNO2 0,1%
·           Asam sulfamat 0,5%
·           N  (1-naftil ) etilendiamin 0,1%
·           NaOH 0,1 N
·           Aquadest
·           Heparin

HEWAN UJI
·           Tikus

 IV.            SKEMA KERJA

PARACETAMOL

v  Pembuatan Larutan Stock Kurva Baku Paracetamol

Ditimbang Paracetamol 100,0 mg

Dimasukkan ke dalam labu takar 100,0 ml ditambah sedikit aquadest sampai larut. Cukupkan dengan aquadest sampai 100,0 ml

Larutan stok Paracetamol 1000 µg/ml


v  Pembuatan Kurva Baku Paracetamol

Kedalam darah 250µl yang mengandung heparin
Ditambah 250 µl lart. Stock PCT hingga kadarnya 100,200, 300, 400, 500, 600, 700µg/ml, dicampur homogen

Ditambah 2,0ml TCA 20% dengan vortexing
Disentrifuge 2500 rpm selama 10 menit,
Diambil supernatan sebanyak 1500 µl
Ditambah 0,5 ml HCL 6N. Ditambah 1,0 ml NaNO2 . Campur, didiamkan dalam suhu ,15°C 15 menit

 

Ditambahkan 1 ml asam sulfamat 15% melalui dinding
Ditambah 3,5 ml larutan NaOH 10%

Ditambah aquadest sampai tanda

Dibaca absorbansi pada panjang gelombang maksimal, dibuat kurva hubungan absorbansi dan kadar


v  Uji Pendahuluan untuk Farmakokinetika Paracetamol

Disiapkan tikus dan ditimbang

Diberikan PCT secara oral dengan dosis yang telah ditetapkan

Dilakukan pencuplikan darah lewat vena ekor pada waktu sbb : 0, 15,30,60,90,120,150,180,210 menit

Darah ditambah 2,0ml TCA 20% kemudian vortexing
Disentrifuge selama 5-10 menit kecepatan 2500rpm


Diambil beningan ( 1,50ml ) dan dimasukkan labu takar 10,0 ml
Ditambah 0,5 ml larutan HCl 6N, 1,0 ml NaNO2 10%. Dicampur dan didiamkan 15 menit pada suhu <15°C

Ditambah 1,0 ml asam sulfamat 15% melalui dinding

Ditambah 3,5 ml larutan NaOH 10% dan ditambahkan aquadest sampai tanda
Diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimal dan ditetapkan kadarnya dengan menggunakan kurva baku


V.            DATA PENGAMATAN
Data Pengamatan
Consentrasi(µg/ml)
absorbansi
                                     201.400
        0.11400
                                     302.100
        0.13900
                                     402.800
        0.22300
                                     503.500
        0.32700
                                     604.200
        0.45600
                                     704.900
        0.55500
Data Absorbansi dosis 500 mg/50 Kg BB manusia dan 750mg/kg BB manusia

T (menit)
500mg/50Kg BB mns
75O mg/ 50 Kg BB manusia
Kel  2
Kel 4
Kel 6
Kel 1
Kel  3
Kel 5
Kel  7
0                 
0                      
0                         
0
0
0
0
              15
               0.23500
       (0.07400)
         (0.07700)
        (0.07200)
           (0.07200)
         (0.07700)
         (0.07700)
              30
             (0.09500)
       (0.09100)
         (0.00960)
        (0.09000)
           (0.09500)
         (0.09500)
         (0.09100)
              60
             (0.08100)
       (0.08500)
         (0.08000)
        (0.06300)
           (0.08500)
         (0.08300)
         (0.08200)
              90
             (0.05800)
       (0.05600)
         (0.05700)
        (0.05800)
           (0.05800)
         (0.05600)
         (0.05600)
           120
             (0.05200)
          0.01400
         (0.03000)
           0.00300
             0.02400
           0.00300
           0.01500
           150
             (0.00400)
          0.02400
           0.02300
        (0.00900)
           (0.01200)
0
0
           180
               0.05300
          0.02900
         (0.01300)
        (0.00100)
           (0.02100)
         (0.01000)
           0.04100
           210
               0.00600
          0.01900
           0.02600
        (0.00400)
             0.00100
         (0.01500)
           0.20700

LARUTAN STOK
Ø  PARACETAMOL 500 mg
1.       Perhitungan Dosis

Diketahui :
·         Dosis PCT pada manusia :
·         Konversi dari manusia ke tikus : 0.018
Maka :
Dosis pada manusia 70 kgBB :
Dosis pada tikus 200 g :
Dosis per Kg BB tikus :
               
2.       Perhitungan Larutan Stock

Diketahui :
·         Berat tikus terbesar : 250 g
·         Dosis tikus terbesar :
Maka :
Konsentrasi larutan stock :
Jumlah PCT yang ditimbang :

3.       Perhitungan Larutan Stock Sebenarnya

Diketahui :
Berat kertas + zat             : 1.1450 g
Berat kertas + sisa           : 0.5147 g    -
Berat zat                              : 0.6303 g
Rentang penimbangan
Konsentrasi Lar. stock Sebenarnya :

Ø  PARACETAMOL 750 mg
1.       Perhitungan Dosis
Diketahui :
·         Dosis PCT pada manusia :
·         Konversi dari manusia ke tikus : 0.018
Maka :
Dosis pada manusia 70 kgBB :
Dosis pada tikus 200 g :
Dosis per Kg BB tikus :

2.       Perhitungan Larutan Stock

Diketahui :
·         Berat tikus terbesar : 250 g
·         Dosis tikus terbesar :
Maka :
Konsentrasi larutan stock :
Jumlah PCT yang ditimbang :

3.       Perhitungan Larutan Stock Sebenarnya

Diketahui :
Berat kertas + zat             : 1.4692 g
Berat kertas + sisa           : 0.5057 g    -
Berat zat                              : 0.9635 g
Rentang penimbangan
Konsentrasi Lar. stock Sebenarnya :

Ø  DATA PENIMBANGAN TIKUS KELOMPOK 1
Berat Tikus + Tara
Berat Tara
Berat Tikus
241.4gram
69 gram
172.4 gram
              217.9gram
69 gram
148.9gram
              218.2gram
69 gram
149.2 gram


Ø  PERHITUNGAN VOLUME PEMBERIAN KELOMPOK 1
750 mg/50 Kg BBX 70 Kg =1050 mg
Untuk 200 mg = 0.018X1050mg=18,9 mg
Dengan C.Stock 9.635 mg/ml

*      DOSIS UNTUK BERAT BADAN =
ü  172.4                                                     172.4 X 18.9        =16.2918 mg
200


ü  148.9                                                     148.9 X18,9         =14.07105mg
200

ü  149.2                                                     149.2X 18,9         =14.0995 mg
200



*      VOLUME PEMBERIAN
ü  172,4                                                     16.2918 =1.69 ml 1.70 ml
9.635    
ü  148.9                                                     14.07105              =1.46 ml→1.50ml
9.635
ü  149.2                                                     14.0995                 =1.46ml→1.50ml
9.635



DERET BAKU “Paracetamol (PCT)”

-            Larutan PCT
-            Penimbangan PCT
Kertas + zat                      = 0.5957 g
Kertas + sisa                    =  0.4950g
                    Zat   = 0,1007g
                                             = 100.7 mg
-             
-            Koreksi Kadar =100.7 mg  =       1.007 mg/ml =1007µg/ml
     100 ml


Deret Baku Paracetamol
Konsentrasi
Perhitungan
Koreksi kadar
0 g/ml
V1. C1 = V2. C2
V1. 1000 g/ml = 500L. 0 g/ml
V1 = 0 L (Paracetamol )
Darah = 500 L
V1. C1 = V2. C2
0 L. 1007 g/ml = 500L. C2
C2 = 0 g/ml

100 g/ml
V1. C1 = V2. C2
V1. 1000 g/ml = 500L. 100 g/ml
V1 = 50 L (Paracetamol )
Darah = 450 L
V1. C1 = V2. C2
50 L. 1007 g/ml = 500L. C2
C2 = 100,7 g/ml

200 g/ml
V1. C1 = V2. C2
V1. 1000 g/ml = 500L. 200 g/ml
V1 = 100 L (Paracetamol )
Darah = 400 L
V1. C1 = V2. C2
100 L. 1007 g/ml = 500L. C2
C2 = 201,4 g/ml

300 g/ml
V1. C1 = V2. C2
V1. 1000 g/ml = 500L. 300 g/ml
V1 = 150 L (Paracetamol )
Darah = 350 L
V1. C1 = V2. C2
150 L. 1007 g/ml = 500L. C2
C2 = 302,1 g/ml

400 g/ml
V1. C1 = V2. C2
V1. 1000 g/ml = 500L. 400 g/ml
V1 = 200 L (Paracetamol )
Darah = 300 L
V1. C1 = V2. C2
200 L. 1006 g/ml = 500L. C2
C2 = 402,8 g/ml

500 g/ml
V1. C1 = V2. C2
V1. 1000 g/ml = 500L. 500 g/ml
V1 = 250 L (Paracetamol )
Darah = 250 L
V1. C1 = V2. C2
250 L. 1007 g/ml = 500L. C2
C2 = 503,5 g/ml

600 g/ml
V1. C1 = V2. C2
V1. 1000 g/ml = 500L. 600 g/ml
V1 = 300 L (Paracetamol )
Darah = 200 L
V1. C1 = V2. C2
300 L. 1007 g/ml = 500L. C2
C2 =  604,2 g/ml

700 g/ml
V1. C1 = V2. C2
V1. 1000 g/ml = 500L. 700 g/ml
V1 = 350 L (Paracetamol )
Darah = 150 L
V1. C1 = V2. C2
350 L. 1007 g/ml = 500L. C2
C2 = 704,9 g/ml



PERSAMAAN GARIS PARACETAMOL
Absorbansi Baku Paracetamol
Consentrasi(µg/ml)
a= (0.11681)
b= 0.00092
r=   0.98493

 
absorbansi
                                     201.400
        0.11400
                                     302.100
        0.13900
                                     402.800
        0.22300
                                     503.500
        0.32700
                                     604.200
        0.45600
                                     704.900
        0.55500
               
               






 














PERHITUNGAN DATA PENGAMATAN  Paracetamol (PCT)
T(menit)
500mg/50Kg BB mns
75O mg/ 50 Kg BB manusia
Cp
lncp
cp
lncp
              15
                  156.56
5.053426548
          45.742
                  3.82
              30
                    55.80
4.021720105
          26.012
                  3.26
              60
                    37.63
3.627801605
          41.689
                  3.73
              90
                    64.66
4.169142772
          64.662
                  4.17
           120
                  101.78
4.622813621
        138.450
                  4.93
           150
                  141.78
4.95427656
        120.611
                  4.79
           180
                  151.15
5.018272721
        128.719
                  4.86
           210
                  144.66
4.974386161
        177.370
                  5.18
               







Parameter Farmakokinetika
Dosis 500 mg                     
T(menit)
500mg/50Kg BB mns
Cp
Ln  cp
              15
                  156.56
          5.05
              30
                    55.80
          4.02
              60
                    Text Box: T VS Ln Cp (Fase eliminasi t 120,180,210)
a  =4.92
b  =0.0003
r  =0.27735
Kel  = -b
  = -0.0003
  =│0.0003│/menit
T1/2 eliminasi =0.693/0.0003
  =2310 menit
  =38,5 jam
Jadwal Sampling
= (3-5) x t ½ eliminasi
            =(3-5) X 2310 menit
  =6930-11550 menit
  =11,5-192,5 jam


37.63
          3.63
              90
                    64.66
          4.17
           120
                  101.78
          4.62
           150
                  141.78
          4.95
           180
                  151.15
          5.02
           210
                  144.66
          4.97



 















Text Box: T VS Ln Cp (Fase eliminasi t 120,180,210)
a  =3.773
b  =0.0065
r  =0.9378

Kel  = -b
  = -0.0065
  =│0.0065│/menit
T1/2 eliminasi =0.693/0.0065
  =106.615 menit
  =1.77692 jam
Jadwal Sampling
= (3-5) x t ½ eliminasi
            =(3-5) X 106,6 menit
  =319.8=533menit
  =5.33-8.88 jam


Parameter Farmakokinetika
Dosis 750 mg                     
T(menit)
75O mg/ 50 Kg BB manusia

Cp
lncp
              15
             45.742
                 3.82
              30
             26.012
                 3.26
              60
             41.689
                 3.73
              90
             64.662
                 4.17
           120
           138.450
                 4.93
           150
           120.611
                 4.79
           180
           128.719
                 4.86
           210
           177.370
                 5.18






 









VI.            PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan dengan tujuan memperkirakan model kompartemen kinetika obat berdasarkan kurva semi logaritmik kadar obat dalam darah terhadap waktu, menetapkan jadwal dan jumlah pencuplikan serta lamanya sampling untuk pengukuran parameter farmakokinetika berdasarkan model kompartemen yang telah ditetapkan.Percobaan ini merupakan lanjutan dari percobaan pertama, dimana kita sudah mengetahui prosedur analisis suatu obat. Dengan menggunakan hewan uji yang sama kita akan menentukan model kompartemen suatu obat. Cara penentuan ini dipengaruhi oleh waktu pengambilan cuplikan, disini kita mengambil darah yang akan di ukur.
Obat berada dalam keadaan dinamik dalam tubuh. Dalam suatu sistem biologik, peristiwa-peristiwa yang dialami obat sering terjadi serentak. Dalam menggambarkan sistem biologi yang kompleks tersebut, dibuat penyederhanaan anggapan mengenai pergerakan obat itu. Suatu hipotesis atau model disusun dengan menggunakan istilah matematik, yang memberi arti singkat dari pernyataan hubungan kuantitatif. Berbagai model matematik dapat dirancang untuk meniru proses laju absorpsi, distribusi dan eliminasi obat. Melalui praktikum ini, akan ditentukan penentuan waktu pengambilan cuplikan (sampling time) Parasetamol dosis 500 mg/50 Kg BB dan 750 mg/ Kg BB dimana waktu pencuplikan ini sangat menentukan perkiraan model kompartemen yang dianut oleh obat tersebut dan diberikan secara per-oral. Melalui model kompartemen, selanjutnya dapat dihitung parameter-parameter farmakokinetika obat Parasetamol dalam proses distribusi dan eliminasi.
Penetapan waktu pengambilan cuplikan yang sebenarnyadilakukan dengan perhitungan t½ eliminasi. T½ eliminasi adalah waktu yang diperlukan sejumlah obat untuk berkurang menjadi separuhnya. Sedangkan penetapan model kompartemen dapat diketahui dari nilai kadar puncak obat dalam plasma dan waktu pencuplikan.
Secara teoritis untuk percobaan pendahuluan, lama pengambilan cuplikan perlu diperhatikan. Jika data darah yang digunakan sebagai cuplikan, maka pencuplikan yang dilakukan 3-5 x t1/2 dari fase eliminasi namun jika data yang digunakan sebagai cuplikan adalah urine maka dilakukan 7-10 x t1/2 eliminasi.
Pada percobaan ini, hewan uji yang digunakan adalah tikus, bagian darah yang diambil adalah plasmanya yang digunakan media dalam pembuatan kurva baku Parasetamol. Darah dari tikus diambil pada bagian vena ekor dan pada praktikum ini kami menggunakan data darah dan bukan data urin, hal ini dikarenakan waktu yang terbatas dan kemudahan dalam cara pengambilannya, karena kita tidak dapat memastikan waktu dan volume urin yang dikeluarkan hewan uji. Darah yang keluar dari vena ekor kemudian ditampung dalam ephendrof (@ 1,5 ml)  yang sudah terdapat heparin. Heparin memiliki fungsi untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah atau sebagai zat antikoagulan. Jika sampel darah yang diambil mengalami koagulasi atau penggumpalan maka yang keluar adalah serumnya namun disini yang digunakan dalam uji pemeriksaan yakni plasma darahnya hal ini dikarenakan obat yang akan berinteraksi dengan protein plasma dapat membentuk suatu kompleks obat-makromolekul yang sering disebut dengan ikatan obat-protein, atau dengan kata lain tidak dapat dilakukan pengukuran kadar obat jika darah mengalami penggumpalan. Heparin ini tidak memiliki sifat anti koagulan atau bisa dikatakan sifatnya sedikit sekali. Akan tetapi, jika dilihat dari proses mekanisme heparin yang apabila berikatan dengan antitrombin III (suatu α2-globulin) akan menginaktifkan trombin dari peredaran darah (hal serupa pada factor koagulan IX, X, XI, XII dan plasmin). Dengan hilangnya trombin, maka tidak ada lagi yang akan mengkatalisis pembentukan benang-benang fibrin dari fibrinogen, sehingga tidak terjadi proses pembekuan darah. Oleh karena itu, kompleks heparin-anti trombin III berfungsi sebagai anti koagulan.



PARACETAMOL
Pada pembuatan larutan baku paracetamol dosis 500 mg/ 50 KgBB dan 750 mg/ 50 KgBB dengan ditimbang 650 mg dan 945 mg paracetamol masing-masing dimasukkan dalam labu takar 100 ml dan ditambahkan dengan aqua dest (panas) sampai tanda sehingga diperoleh kadar 1000µg/ml hal ini dikarenakan sifat Parasetamol yang menurut literatur bahwa Parasetamol tidak larut dalam air, tetapi larut dalam air mendidih sehingga pembuatan larutan baku parasetamol dilakukan dengan melarutkan parasetamol dalam air mendidih.
Pembuatan larutan kurva baku parasetamol dengan kadar 100, 200, 300, 400, 500, 600, 700 µg/ml dengan cara dipipet 500 µl darah yang telah diteteskan heparin (secukupnya), ditambahkan 500 µl larutan stok obat, dibuat kadar yang diinginkan dan di vortex. Setelah divortex, langkah berikutnya adalah menambahkan 2,0ml TCA 20%, kemudian di vortexing kembali. Perlu diketahui bahwa TCA (Trichloroacetic acid) berfungsi sebagai senyawa yang dapat menghentikan kerja enzim yang dapat memetabolisme obat sekaligus akan menyebabkan denaturasi protein plasma. Kemudian disentrifuge pada kecepatan 2500 rpm selama 5-10 menit dan diambil beningannya. Proses vortexing digunakan untuk mencampur semua cairan yang ada di dalam tabung sentrifuge supaya homogen. Penambahan TCA dapat mengikat protein dan mengendapkannya saat dilakukan proses sentrifugasi sehingga keberadaan protein tidak mengganggu pembacaan absorbansi. Endapan akan terpisah pada bagian bawah dan pada supernatan terdapat cairan bening (plasma darah). Proses sentrifuge juga dilakukan untuk lebih dapat mengendapkan protein plasma darah dan didapatkan plasmanya dalam bentuk beningan atau yang sering disebut supernatan.
Fase beningan Parasetamol diambil sebanyak 1,5ml dimana pengambilan supernatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengambil obat yang bebas dari protein plasma karena obat yang terikat pada protein plasma tidak akan aktif secara farmakologik sehingga tidak memiliki efek terapeutik (menyebabkan data hasil pengamatan tidak valid). Selanjutnya ditambahkan 0,5 ml HCl 6 N dan ditambah pula 1,0ml NaNO2 10% dimana penambahan HCl ini dimaksudkan untuk memberikan suasana asam dalam pembentukan reaksi diazotasi antara Parasetamol dengan 1,0ml NaNO2 10%. Penambahan HCl dan NaNO2 akan membentuk reaksi diazotasi yang tidak tahan suhu kamar. Karena pada suhu kamar garam diazonium akan dengan mudah terdegradasi menjadi senyawa fenol dan gas nitrogen maka perlu dilakukan perendaman selama 15 menit ditempat dingin dengan suhu <15oC pada proses ini dilakukan perendaman dalam air es. Selain itu, konsentrasi dari NaNO2 untuk Parasetamol lebih tinggi karena parasetamol bersifat kurang asam sehingga diperlukan pereaksi yang lebih pekat untuk membentuk garam diazonium. Ditambahkan 1,0 ml asam sulfamat 15% melalui dinding tabung dengan maksud menghilangkan HNO2 yang berlebih. Reaksinya sebagai berikut :
Oval: ParasetamolOval: Garam diazonium

          Setelah didiamkan ditambah asam sulfamat 15% 1,0ml, ditambah 3,50ml NaOH 10% dan diaddkan dengan aqudest kemudian diukur absorbansinya. NaNO2 berfungsi untuk reaksi diazotasi, yaitu pembentukan garam diazonium yang sangat reaktif. Didiamkan supaya reaksi berlangsung secara sempurna dan cepat. Asam sulfamat berfungsi agar tidak tebentuk HNO2 yang berlebih. Apabila HNO2 bereaksi dengan TCA, akan membentuk ion nitronium yang menyebabkan reaksi diazotasi tidak sempurna. Hal yang menujukkan hilangnya HNO2 yaitu dengan berkurangnya gas N2 atau gelembung udara yang terbentuk warna yang sempurna saat akan dibaca absorbansinya pada spektrofotometri UV.
          Pembuatan kurva baku Paracetamol ini dilakukan dengan membaca absorbansi larutan paracetamol dari konsentrasi 100-700 μg/ml pada gelombang maksimum (435 nm) yang telah didapatkan. Dan didapatkan persamaan kurva baku y = 1,1080.10-3x . -0,0930. Persamaan kurva baku ini selanjutnya digunakan untuk menghitung kadar parasetamol dalam plasma.
          Setelah dilakukan pembuatan kurva baku parasetamol selanjutnya dilakukan pemberian secara peroral, dengan sediaan berupa suspensi parasetamol pada masing-masing hewan uji dengan dosis 500mg/50kgBB manusia yang sudah dikonversikan dengan tikus. Cuplikan darah Paracetamol waktu 0 menit, 15 menit, 30 menit, 45 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit, 150 menit, 180 menit, 240 menit dan 300 menit.
          Tahap pertama darah tikus pada t-0 yang digunakan sebagai blanko. Dilakukan pemberian secara per-oral dalam bentuk sediaan suspensi. Suspensi parasetamol dibuat dengan menimbang parasetamol kemudian dicampur dengan CMC Na (0,5%) yang sudah mengembang kemudian dimasukkan labu takar 25,0 ml dan ditambah dengan aquadest hingga 25,0 ml. Tujuan pembuatan suspensi parasetamol adalah karena parasetamol bersifat tidak larut air sehingga pemberian kepada hewan uji harus dibuat dalam bentuk suspensi untuk memudahkan pelarutan parasetamol sehingga dapat diberikan secara peroral pada hewan uji. Parasetamol dengan dosis 500mg/50kgBB manusia yang telah dikonversikan ke dosis tikus dan disesuaikan dengan volume pemberiannya. Sebelumnya ependroff diberi heparin dengan tujuan untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah atau sebagai zat antikoagulan. Lalu divortexing, ditambah dengan 2,0 ml TCA 20%, kemudian di vortexing lagi. TCA berfungsi sebagai mengikat protein dan mengendapkannya saat sentrifugasi sehingga keberadaan protein tidak mengganggu pembacaan absorbansi kemudian divortex kembali. Disentrifuge untuk mengendapkan darah dan didapatkan plasmanya. Endapan akan terpisah pada bagian bawah dan pada supernatan terdapat cairan bening yaitu plasma darah.
          Supernatannya diambil 1,5 ml dan dimasukkan ke dalam labu takar 10,0 ml dan ditambahkan HCl 6 N sebanyak 0,5ml. Penambahan HCl ini dimaksudkan untuk memberikan suasana asam dalam pembentukan reaksi diazotasi antara parasetamol dengan 1,0ml NaNO2 10%. Penambahan HCl dan NaNO2 akan membentuk reaksi diazotasi yang tidak tahan terhadap suhu kamar. Oleh sebab itu, perlu dilakukan perendaman selama 15 menit ditempat dingin (suhu <15oC) dengan merendamnya dalam air es. Kemudian ditambahkan 1ml asam sulfamat 15% melalui dinding tabung. Tujuan dari perlakuan ini adalah menghilangkan HNO2 yang berlebih. Kemudian ditambahkan NaOH 10% sebanyak 3,5ml kedalamnya. Hal ini bertujuan untuk memperpanjang gugus kromofor (pembentukan kompleks) yang ditandai dengan terbentuknya warna kuning. Kemudian dilakukan pembacaan absorbansi pada panjang gelombang maksimal. Setelah itu dapat dihitung waktu cuplikan Parasetamol dan diperoleh kurva waktu vs Ln Cp Parasetamol dalam darah.
Pada percobaan kali ini diperoleh kurva yang tidak diharapkan, karena pemberian obat secara oral, maka seharusnya terdapat fase absorbsi. Namun pada kurva yang didapat, malah sebaliknya, pada t15-t60 mengalami penurunan konsentrasi pada plasma darah, sehingga belum bisa kompartemen apa yang terbentuk pada praktikum kali ini. Ini mungkin disebabkan karena kesalahan pemberian obat yang tidak masuk ke dalam tubuh hewan uji, atau faktor fisiologis hewan uji yang tidak baik.
Pada penentuan waktu sampling yang di lakuka, didapat hasil perhitungan pada pemberian obat paracetamol dosis 500 mg/ 50 KgBB 11,5-192,5 jam dan pada dosis 750 mg/ 50KgBB pada jam ke 5,33-8,88 jam. Dimana menurut literatur yang tercantum bahwa t1/2 eliminasi dari Parasetamol yaitu 1-3 jam sehingga praktikum tidak sesuai dengan literatur. Hal ini dikarenakan adanya faktor fisiologis dari hewan uji itu sendiri.

VII.            KESIMPULAN
1.      Tujuan praktikum ini yaitu penetapan waktu pengambilan cuplikan dan asumsi model kompartemen setelah dilakukan validasi metode analisa untuk menentukan panjang gelombang maksimal dan waktu operasional parasetamol dan na diklofenak.
2.      Belum dapat diterntukan model kompartemen pada obat paracetamol karena kurva tidak sesuai dengan model kompartemen apapun.
3.      Penentuan waktu sampling pada paracetamol dosis 500 mg/ KgBB dan 750 mg / KgBB adalah 11,5-192,5 jam dan 5,33-8,88 jam.

VIII.            DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan  Republik Indonesia
Cahyati, Yeyet S. 1985. Cermin Dunia Kedokteran, Pengantar Farmakokinetika. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan PT. Kalbe Farma
Gibaldi, M., and Perrier, D. 1982.  Pharmacokinetics  2nd Edition. New York: Marcel Dekker
Hoan, Tjay Tan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta : PT. Gramedia
Shargel, Leon and Andrew Yu. 1999. Applied Biopharmaceutics and Pharmacokinetics, 476-477, Fourth Edition. United States of America: Appleton and Lange
Wagner,JG. 1993. Pharmacokinetics for the pharmaceutical scientist. United States of America: Appleton and Lange


2 komentar:

  1. Lucky Club Review 2021 - Lucky Club Casino Site
    Lucky Club is the most impressive brand-new brand out there. It's operated by Playtech, which has established itself luckyclub as a leader in the iGaming space. Read our review

    BalasHapus
  2. No Deposit Slots | Casino - DrmCD
    You must 성남 출장마사지 deposit at least $10 or more to get free spins. · Bonus and Promotions 밀양 출장마사지 · No 전주 출장마사지 Deposit Bonuses. 청주 출장안마 · Minimum 계룡 출장마사지 Deposit. · Free Spins.

    BalasHapus