I.           
TUJUAN
1.        
Mampu memperkirakan model kompartemen kinetika obat
berdasarkan kurva semi logaritmik kadar obat dalam darah terhadap waktu.
2.        
Mampu menetapkan jadwal dan jumlah cuplikan serta lamanya
sampling untuk pengukuran parameter farmakokinetika berdasarkan model
kompartemen yang telah ditetapkan.
3.        
Mampu  menentukan
dosis obat bagi hewan uji dengan tepat.
II.           
DASAR
TEORI
Pada eliminasi zat aktif suatu obat
dipahami dengan waktu paruh
yang menunjukkan  periode waktu, dimana
jumlah zat aktif suatu obat berkurang sampai dengan setengahnya. Sebagai ukuran
adalah kadar yang diukur di dalam plasma dan dipakai istilah waktu paruh
plasma. Adanya pengertian waktu paruh suatu obat dimungkinkan suatu perkiraan
lamanya obat dalam dosis tunggal berefek. Dengan demikian waktu paruh adalah
sebagai dasar terpenting untuk pembuatan skema pemberian obat. Aspek-aspek
berikut adalah penting sebagai pedoman klinis :
1.      Apabila
waktu paruh diketahui lebih
pendek daripada interval pemberian obat, maka ada kemungkinan suatu
periode di mana obat yang tidak berefek. Sebaliknya apabila waktu paruh ternyata lebih panjang
daripada interval pemberian obat, maka memberikan kemungkinan akumulasi obat
tersebut di dalam tubuh.
2.      Pemberian
dosis dobel memperpanjang lamanya obat berefek hanya sekitar satu waktu paruh.
Pada obat-obatan yang mempunyai waktu paruh pendek, mengharapkan terapi yang
intensif dengan cara memberikan dosis yang lebih besar adalah tidak banyak
berarti.
(Dr. Untung Widodo,1993)
Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari kinetik zat aktif dalam tubuh (in
vivo) dimulai dari absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Obat
yang masuk ke dalam tubuh akan mengikuti suatu model farmakokinetik yang khas. Model tersebut dapat berupa model satu
kompartemen atau multi kompartemen yang sangat tergantung pada proses yang
dialami zat aktif selama dalam tubuh. (Shargel,
dkk., 2005).
Penetapan kompartemen farmakokinetik dari
obat pada setiap tahap perlu ditetapkan secara kuantitatif dan dijelaskan
dengan bantuan parameter farmakokinetik. Parameter farmakokinetik ditentukan
dengan perhitungan matematika dari data kinetika obat di dalam plasma atau di
dalam urin yang diperoleh setelah pemberian obat melalui berbagai rute pemberian,
baik secara intravaskular atau ekstravaskular. Parameter farmakokinetik dapat
digunakan sebagai klasifikasi farmakokinetik dari obat-obatan yang digunakan
dimana akhirnya akan berguna dalam penggunaannya dalam terapi pengobatan.
Profil dan model farmakokinetik yang
didapat dari penelitian umumnya dilakukan dengan pemberian obat secara
intravena. Tubuh manusia dapat diwakili sebagai suatu jaringan yang tersusun
secara sistem seri dari kompartemen-kompartemen yang berhubungan secara
reversibel antara organ yang satu dengan yang lainnya. Model kompartemen adalah pendekatan
penyederhanaan dari seluruh jaringan di dalam tubuh ke dalam satu atau dua
kompartemen yang menggambarkan pergerakan obat di dalam tubuh. (Shargel dkk., 2005)
Pemodelan farmakokinetik berguna untuk : (1)
memprediksikan konsetrasi obat di dalam plasma, jaringan, dan urin, (2)
mengkalkulasikan dosis optimum obat bagi setiap pasien, (3) mengestimasikan
kemungkinan terakumulasinya obat dan atau produk-produk metabolismenya, (4)
mengkorelasikan konsentrasi obat dengan efek toksisistas dan efek
farmakologinya, (5) mengevaluasi perbedaan konsentrasi yangterkandung dalam
plasma antara formula yang satu dengan yang lainnya,(6) menjelaskan bagaimana
pengaruh perubahan fisioligi dan efek dari penyakit terhadap absorpsi,
distribusi dan eleminisai dari suatu obat, (7) menjelaskan interaksi obat yang
mungkin terjadi.  (Shargel, dkk.,
2005).
Pemodelan dalam Farmakokinetika
            Dalam suatu penelitian atau studi
farmakokinetika, perkembangan kadar jumlah obat (senyawa yang kontinyutau
metabolitnya) dalam tubuh dilakukan pada titik-titik waktu yang diskontinyu
(misal pada waktu-waktu 30 menit, 1 jam, 2 jam, 3 jam, 6 jam, dan 8 jam setelah
pemberian obat), karena sampai saat ini tidak mungkin untuk dapat menentukan
kinetika obat dalam tubuh secara eksperimental dalam waktu yang kontinyu. Dengan demikian, data eksperimental yang akan
kita peroleh hanyalah untuk waktu-waktu tersebut tadi. Model yang paling sering
dipakai adalah model kompartemental, dimana keadaan tubuh direpresentasikan ke
dalam bentuk kompartemen. (Dr. Yeyet Cahyati S., Apt., 1985).
Model
Kompertemen
Kompartemen bukan suatu daerah anatomi yang nyata, melainkan
dianggap sebagai suatu jaringan yang mempunyai aliran darah dan afinitas obat
yang sama. Model
kompartemen di dasarkan atas anggapan linier yang menggunakan persamaan
diferensial linier. (Shargel, dkk.,
2005).
Tetapan laju reaksi digunakan untuk
menyatakan semua proses laju obat masuk dan keluar dari kompartemen. Untuk
menganalisis data yang diperoleh dari percobaan, model kompartemen dapat
dibedakan menjadi sistem satu dan dua kompartemen terbuka. (Shargel, dkk., 2005).
Model kompartemen dibagi menjadi dua yaitu :
a. Model kompartemen satu terbuka
Model kompartemen satu terbuka mempunyai
anggapan bahwa perubahan kadar obat dalam plasma sebanding dengan kadar obat
dalam jaringan. Model ini obat akan didstribusikan ke semua jaringan di dalam
tubuh melalui sistem sirkulasi dan secara tepat berkeseimbangan di dalam tubuh.
Tetapi, model ini tidak menganggap bahwa konsentrasi obat dalam tiap jaringan
adalah sama pada berbagai waktu. Di samping itu DB juga tidak dapat ditentukan
secara langsung, tetapi dapat ditentukan konsentrasi obatnya dengan menggunakan
darah. Volume distribusi, Vd adalah volume dalam tubuh dimana obat tersebut
larut (Shargel, dkk., 2005).                                                                                                                 
          
| 
 | 

 Obat masuk                                                                
Obat keluar
Obat masuk                                                                
Obat keluar
Gambar 1. Model satu kompartemen terbuka    (Wagner.JG.1993)
Gambar diatas diumpamakan obat disuntikkan
secara langsung ke dalam kompartemen ini (misalnya injeksi intravena) dan
mendistribusikan ke seluruh kompartemen.
Konsentrasi obat pada waktu nol (Co) dapat
dihitung dengan cara besarnya dosis obat (D) dibagi dengan besarnya volume
distribusi 
b. Model Kompertemen Dua Terbuka
Model kompartemen dua dianggap bahwa obat
terdistribusi ke dalam dua kompartemen. Kompartemen kesatu, dikenal sebagai
kompartemen sentral,yaitu darah, cairan ekstra-selular dan jaringan-jaringan
dengan perfusi tinggi,kompartemen-kompartemen ini secara cepat terdifusi oleh
obat. Kompartemen kedua merupakan kompartemen jaringan, yang berisi jaringan-jaringan
yangberkesetimbangan secara lebih lambat dengan obat. Model ini dieliminasi
dari kompartemen sentra. (Shargel, dkk.,
2005).
| 
 | 
| 
 | 


 Obat masuk
Obat masuk  Ke
                                                  Ke
                                     Obat
keluar
Gambar 2. Model kompartemen dua terbuka(Wagner.JG.1993)
Model kompartemen dua ini pada dasarnya
mempunyai prinsip yang sama dengan model kompartemen satu namun bedanya terdapat dalam proses
distribusi karena adanya kompartemen perifer, eliminasi tetap dari kompartemen
sentral. Model ini sesuai untuk banyak obat
Model Non
Kompartemen
Parameter farmakokinetik dapat diperkirakan
dengan cara lain yaitu dengan menggunakan model non kompartemen. Metode ini
dikerjakan atas dasar perkiraan luas daerah di bawah kurva kadar obat didalam darah melawan waktu.
Model non kompartemen ini semua prosesnya
harus mengikuti kinetika orde satu yang berarti farmakokinetiknya harus linier.
AUC ini tidak hanya digunakan untuk menghitung bioavaibilitas, tetapi dapat
juga digunakan untuk menghitung klirens obat yang sama dengan perbandingan obat
ke dalam pembuluh darah dan AUC. (Gibaldi
dan Perrier, 1982).
Model non
kompartemen ini
antara lain dapat digunakan untuk memperkirakan bioavaibilitas, klirens, volume
distribusi dan fraksi obat yang berubah menjadi metabolit berdasarkan data
dosis tunggal dari obat dan metabolitnya. Pada pemberian obat dosis tunggal,
sample darah hanya diambil sampai waktu tertentu (t* ) dan konsentrasi tertentu
(C*). Oleh karena itu pada perhitungan AUC dari t sampai t~ (AUCo) mengikuti 2
langkah, langkah yang pertama yaitu perhitungan AUC dari t sampai t* dengan
menggunakan metode trapezium, sedangkan langkah kedua yaitu menghitung dari t*
sampai t~. Dengan persamaan sebagai berikut :
8. C . dt = C* .............(1) 
t* K
Harga k = 2,303 × slope fase terminal kurva
logaritma kadar lawan waktu. Klirens merupakan sebagai fungsi dan kemampuan
intrinsik yang dapat memetabolisme suatu obat dari organ khusus seperti ginjal
dan liver. 
Kecepatan obat yang masuk melalui organ sama
dengan hasil kali aliran darah dengan konsentrasi darah di vena, sedangkan
kecepatan obat yang meninggalkan organ sama dengan hasil kali aliran darah
dengan konsentrasi di vena. Perbedaan antara kecepatan masuk dan kecepatan
keluar obat disebut dengan kecepatan eliminasi, yaitu dengan persamaan = Q (CA
– CV).............(2)
Acetaminophen
(BM:151,16)

Parasetamol mengandung tidak kurang dari
98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2, dihitung terhadap zat anhidrat.
Pemerian          : serbuk hablur, putih, tidak berbau,
rasa sedikit pahit.
Kelarutan         :
larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1N; mudah larut dalam etanol 
(FI ed IV, 1995).
Resorpsinya, dari usus cepat dan praktis
tuntas, secara rectal lebih lambat. PP-nya 25%, plasma t 1/2nya 1-4 jam. Antara
kadar plasma dan efeknya tidak ada hubungan. Dalam hati zat ini diuraikan
menjadi metaboli-metabolit toksis yang diekskresi dengan kemih sebagai konjugat
glukuronida dan sulfat.
Efek samping tak jarang terjadi, antara
lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah. Pada penggunaan kronis dari
3-4g sehari dapat terjadi kerusakan hati dan pada dosis diatas 6g mengakibatkan
necrosis hati yang tidak reversible 
(Tjay Tan Hoan.2007. Hal:318).
 III.           
ALAT
DAN BAHAN
ALAT
·          
Labu takar
·          
Mikro pipet
·          
Pipet ukur
·          
Pipet volume
·          
Tabung reaksi
·          
Scalpel
·          
Holder
·          
Evendrop
·          
Vortex mixer
·          
Centrifuge
·          
Kuvet
·          
Spektrofotometer
BAHAN
·          
Paracetamol
·          
TCA 20 % 
·          
NaNO2 0,1%
·          
Asam sulfamat
0,5% 
·          
N  (1-naftil ) etilendiamin 0,1%
·          
NaOH 0,1 N
·          
Aquadest
·          
Heparin
HEWAN
UJI 
·          
Tikus
 IV.           
SKEMA
KERJA
PARACETAMOL
v 
Pembuatan Larutan Stock Kurva
Baku Paracetamol
| 
Ditimbang
  Paracetamol 100,0 mg | 

| 
Dimasukkan ke dalam labu takar 100,0 ml ditambah sedikit aquadest sampai larut. Cukupkan dengan
  aquadest sampai 100,0 ml | 

| 
Larutan
  stok Paracetamol 1000 µg/ml | 
v  Pembuatan Kurva
Baku Paracetamol
| 
Kedalam darah 250µl yang mengandung heparin | 

| 
Ditambah 250 µl lart. Stock PCT hingga kadarnya 100,200, 300, 400, 500, 600, 700µg/ml, dicampur homogen | 

| 
Ditambah 2,0ml TCA 20% dengan vortexing | 

| 
Disentrifuge
  2500 rpm selama 10 menit, 
Diambil
  supernatan sebanyak 1500 µl | 

| 
Ditambah
  0,5 ml HCL 6N. Ditambah 1,0 ml NaNO2 . Campur, didiamkan dalam
  suhu ,15°C 15 menit | 
|  | 
| 
Ditambahkan
  1 ml asam sulfamat 15% melalui dinding | 

| 
Ditambah 3,5 ml larutan NaOH
  10% | 

| 
Ditambah aquadest sampai tanda | 

| 
Dibaca absorbansi pada panjang gelombang maksimal,
  dibuat kurva hubungan absorbansi dan kadar | 
v  Uji Pendahuluan
untuk Farmakokinetika Paracetamol
| 
Disiapkan
  tikus dan ditimbang | 

| 
Diberikan PCT secara oral dengan dosis yang telah ditetapkan | 

|  Dilakukan pencuplikan darah lewat vena ekor pada waktu sbb : 0,
  15,30,60,90,120,150,180,210
  menit | 

| 
Darah ditambah 2,0ml TCA 20% kemudian vortexing | 

| 
Disentrifuge selama 5-10 menit kecepatan 2500rpm | 
|  Diambil beningan ( 1,50ml ) dan dimasukkan
  labu takar 10,0 ml | 

| 
Ditambah 0,5 ml larutan HCl
  6N, 1,0 ml NaNO2 10%. Dicampur dan didiamkan 15 menit pada suhu
  <15°C | 

| 
Ditambah 1,0 ml asam sulfamat
  15% melalui dinding | 

| 
Ditambah 3,5 ml larutan NaOH 10% dan
  ditambahkan aquadest sampai tanda | 

| 
Diukur
  absorbansinya pada panjang gelombang maksimal dan ditetapkan kadarnya dengan
  menggunakan kurva baku | 
V.           
DATA PENGAMATAN
Data
Pengamatan
| 
Consentrasi(µg/ml) | 
absorbansi | 
| 
                                     201.400  | 
        0.11400  | 
| 
                                     302.100  | 
        0.13900  | 
| 
                                     402.800  | 
        0.22300  | 
| 
                                     503.500  | 
        0.32700  | 
| 
                                     604.200  | 
        0.45600  | 
| 
                                     704.900  | 
        0.55500  | 
Data Absorbansi dosis 500 mg/50 Kg BB manusia dan 750mg/kg BB
manusia
| T (menit) | 
500mg/50Kg BB
  mns | 
75O mg/ 50 Kg
  BB manusia | |||||
| 
Kel  2 | 
Kel 4 | 
Kel 6 | 
Kel 1 | 
Kel  3 | 
Kel 5 | 
Kel  7 | |
| 
0                   | 
0  | 
0                        | 
0                           | 
0 | 
0 | 
0 | 
0 | 
| 
              15  | 
               0.23500  | 
       (0.07400) | 
         (0.07700) | 
        (0.07200) | 
           (0.07200) | 
         (0.07700) | 
         (0.07700) | 
| 
              30  | 
             (0.09500) | 
       (0.09100) | 
         (0.00960) | 
        (0.09000) | 
           (0.09500) | 
         (0.09500) | 
         (0.09100) | 
| 
              60  | 
             (0.08100) | 
       (0.08500) | 
         (0.08000) | 
        (0.06300) | 
           (0.08500) | 
         (0.08300) | 
         (0.08200) | 
| 
              90  | 
             (0.05800) | 
       (0.05600) | 
         (0.05700) | 
        (0.05800) | 
           (0.05800) | 
         (0.05600) | 
         (0.05600) | 
| 
           120  | 
             (0.05200) | 
          0.01400  | 
         (0.03000) | 
           0.00300  | 
             0.02400  | 
           0.00300  | 
           0.01500  | 
| 
           150  | 
             (0.00400) | 
          0.02400  | 
           0.02300  | 
        (0.00900) | 
           (0.01200) | 
0 | 
0 | 
| 
           180  | 
               0.05300  | 
          0.02900  | 
         (0.01300) | 
        (0.00100) | 
           (0.02100) | 
         (0.01000) | 
           0.04100  | 
| 
           210  | 
               0.00600  | 
          0.01900  | 
           0.02600  | 
        (0.00400) | 
             0.00100  | 
         (0.01500) | 
           0.20700  | 
LARUTAN STOK 
Ø  PARACETAMOL 500 mg
1.       Perhitungan Dosis
Diketahui :
·        
Dosis PCT pada manusia : 

·        
Konversi dari manusia
ke tikus : 0.018
Maka :
Dosis pada
manusia 70 kgBB : 

Dosis
pada tikus 200 g : 

Dosis
per Kg BB tikus : 

2.       Perhitungan Larutan Stock
Diketahui
:
·        
Berat tikus terbesar :
250 g
·        
Dosis tikus terbesar : 

Maka
:
Konsentrasi
larutan stock : 

Jumlah
PCT yang ditimbang : 

3.       Perhitungan Larutan Stock Sebenarnya
Diketahui :
Berat kertas +
zat             : 1.1450 g
Berat
kertas + sisa           : 0.5147 g    - 
Berat zat                              : 0.6303 g
Rentang
penimbangan 

Konsentrasi
Lar. stock Sebenarnya : 

Ø 
PARACETAMOL 750 mg
1.       Perhitungan Dosis
Diketahui :
·        
Dosis PCT pada manusia : 

·        
Konversi dari manusia
ke tikus : 0.018
Maka :
Dosis pada
manusia 70 kgBB : 

Dosis
pada tikus 200 g : 

Dosis
per Kg BB tikus : 

2.       Perhitungan Larutan Stock
Diketahui
:
·        
Berat tikus terbesar :
250 g
·        
Dosis tikus terbesar : 

Maka
:
Konsentrasi
larutan stock : 

Jumlah
PCT yang ditimbang : 

3.       Perhitungan Larutan Stock Sebenarnya
Diketahui :
Berat kertas +
zat             : 1.4692 g
Berat
kertas + sisa           : 0.5057 g    - 
Berat zat                              : 0.9635 g
Rentang
penimbangan 

Konsentrasi
Lar. stock Sebenarnya : 

Ø  DATA PENIMBANGAN TIKUS KELOMPOK 1
| 
Berat
  Tikus + Tara | 
Berat
  Tara | 
Berat
  Tikus | 
| 
241.4gram | 
69 gram | 
172.4 gram | 
| 
              217.9gram | 
69 gram | 
148.9gram | 
| 
              218.2gram | 
69 gram | 
149.2 gram | 
Ø 
PERHITUNGAN VOLUME
PEMBERIAN KELOMPOK 1
750 mg/50 Kg BBX 70 Kg =1050 mg
Untuk 200 mg = 0.018X1050mg=18,9 mg
Dengan C.Stock 9.635 mg/ml
 DOSIS UNTUK BERAT BADAN =
     
DOSIS UNTUK BERAT BADAN =
ü   172.4                                                     172.4
X 18.9        =16.2918 mg
172.4                                                     172.4
X 18.9        =16.2918 mg
 172.4                                                     172.4
X 18.9        =16.2918 mg
172.4                                                     172.4
X 18.9        =16.2918 mg
200
ü   148.9                                                     148.9
X18,9         =14.07105mg
148.9                                                     148.9
X18,9         =14.07105mg
 148.9                                                     148.9
X18,9         =14.07105mg
148.9                                                     148.9
X18,9         =14.07105mg
200
ü   149.2                                                     149.2X
18,9         =14.0995 mg
149.2                                                     149.2X
18,9         =14.0995 mg
 149.2                                                     149.2X
18,9         =14.0995 mg
149.2                                                     149.2X
18,9         =14.0995 mg
200
 VOLUME PEMBERIAN
     
VOLUME PEMBERIAN
ü   172,4                                                     16.2918 =1.69 ml →1.70 ml
172,4                                                     16.2918 =1.69 ml →1.70 ml
 172,4                                                     16.2918 =1.69 ml →1.70 ml
172,4                                                     16.2918 =1.69 ml →1.70 ml
9.635     
ü   148.9                                                     14.07105              =1.46 ml→1.50ml
148.9                                                     14.07105              =1.46 ml→1.50ml
 148.9                                                     14.07105              =1.46 ml→1.50ml
148.9                                                     14.07105              =1.46 ml→1.50ml
9.635
ü   149.2                                                     14.0995
                =1.46ml→1.50ml
149.2                                                     14.0995
                =1.46ml→1.50ml
 149.2                                                     14.0995
                =1.46ml→1.50ml
149.2                                                     14.0995
                =1.46ml→1.50ml
9.635
DERET BAKU
“Paracetamol (PCT)”
-           
Larutan PCT 

-           
Penimbangan PCT
Kertas + zat                      = 0.5957 g
Kertas + sisa                    =  0.4950g
                    Zat   = 0,1007g 
                                             = 100.7
mg
-           
  
-           
 Koreksi Kadar =100.7 mg  =       
1.007 mg/ml =1007µg/ml
Koreksi Kadar =100.7 mg  =       
1.007 mg/ml =1007µg/ml
 Koreksi Kadar =100.7 mg  =       
1.007 mg/ml =1007µg/ml
Koreksi Kadar =100.7 mg  =       
1.007 mg/ml =1007µg/ml
     100 ml
Deret Baku Paracetamol 
| 
Konsentrasi | 
Perhitungan | 
Koreksi kadar | 
| 
0   g/ml | 
V1. C1 = V2. C2 
V1. 1000   g/ml = 500  L. 0  g/ml 
V1 = 0   L (Paracetamol ) 
Darah = 500   L | 
V1. C1 = V2. C2 
0   L. 1007  g/ml = 500  L. C2 
C2
  = 0   g/ml | 
| 
100   g/ml | 
V1. C1 = V2. C2 
V1. 1000   g/ml = 500  L. 100  g/ml 
V1 = 50   L (Paracetamol ) 
Darah = 450   L | 
V1. C1 = V2. C2 
50   L. 1007  g/ml = 500  L. C2 
C2
  = 100,7   g/ml | 
| 
200   g/ml | 
V1. C1 = V2. C2 
V1. 1000   g/ml = 500  L. 200  g/ml 
V1 = 100   L (Paracetamol ) 
Darah = 400   L | 
V1. C1 = V2. C2 
100   L. 1007  g/ml = 500  L. C2 
C2
  = 201,4   g/ml | 
| 
300   g/ml | 
V1. C1 = V2. C2 
V1. 1000   g/ml = 500  L. 300  g/ml 
V1 = 150   L (Paracetamol ) 
Darah = 350   L | 
V1. C1 = V2. C2 
150   L. 1007  g/ml = 500  L. C2 
C2
  = 302,1   g/ml | 
| 
400   g/ml | 
V1. C1 = V2. C2 
V1. 1000   g/ml = 500  L. 400  g/ml 
V1 = 200   L (Paracetamol ) 
Darah = 300   L | 
V1. C1 = V2. C2 
200   L. 1006  g/ml = 500  L. C2 
C2
  = 402,8   g/ml | 
| 
500   g/ml | 
V1. C1 = V2. C2 
V1. 1000   g/ml = 500  L. 500  g/ml 
V1 = 250   L (Paracetamol ) 
Darah = 250   L | 
V1. C1 = V2. C2 
250   L. 1007  g/ml = 500  L. C2 
C2
  = 503,5   g/ml | 
| 
600   g/ml | 
V1. C1 = V2. C2 
V1. 1000   g/ml = 500  L. 600  g/ml 
V1 = 300   L (Paracetamol ) 
Darah = 200   L | 
V1. C1 = V2. C2 
300   L. 1007  g/ml = 500  L. C2 
C2
  =  604,2   g/ml | 
| 
700   g/ml | 
V1. C1 = V2. C2 
V1. 1000   g/ml = 500  L. 700  g/ml 
V1 = 350   L (Paracetamol ) 
Darah = 150   L | 
V1. C1 = V2. C2 
350   L. 1007  g/ml = 500  L. C2 
C2
  = 704,9   g/ml | 
PERSAMAAN GARIS
PARACETAMOL
Absorbansi Baku
Paracetamol
| 
Consentrasi(µg/ml) | 
 | ||
| 
                                     201.400  | 
        0.11400  | ||
| 
                                     302.100  | 
        0.13900  | ||
| 
                                     402.800  | 
        0.22300  | ||
| 
                                     503.500  | 
        0.32700  | ||
| 
                                     604.200  | 
        0.45600  | ||
| 
                                     704.900  | 
        0.55500  | 

PERHITUNGAN DATA
PENGAMATAN  Paracetamol (PCT)
| 
T(menit) | 
500mg/50Kg BB mns | 
75O mg/ 50 Kg BB
  manusia | ||
| 
Cp | 
lncp | 
cp | 
lncp | |
| 
              15  | 
                 
  156.56  | 
5.053426548 | 
          45.742  | 
                 
  3.82  | 
| 
              30  | 
                   
  55.80  | 
4.021720105 | 
          26.012  | 
                 
  3.26  | 
| 
              60  | 
                   
  37.63  | 
3.627801605 | 
          41.689  | 
                 
  3.73  | 
| 
              90  | 
                   
  64.66  | 
4.169142772 | 
          64.662  | 
                 
  4.17  | 
| 
           120  | 
                 
  101.78  | 
4.622813621 | 
        138.450  | 
                 
  4.93  | 
| 
           150  | 
                 
  141.78  | 
4.95427656 | 
        120.611  | 
                 
  4.79  | 
| 
           180  | 
                 
  151.15  | 
5.018272721 | 
        128.719  | 
                 
  4.86  | 
| 
           210  | 
                 
  144.66  | 
4.974386161 | 
        177.370  | 
                 
  5.18  | 
Parameter
Farmakokinetika
Dosis 500 mg                      
| 
T(menit) | 
500mg/50Kg BB
  mns | |
| 
Cp | 
Ln  cp | |
| 
              15  | 
                  156.56  | 
          5.05  | 
| 
              30  | 
                    55.80  | 
          4.02  | 
| 
              60  |  37.63 | 
          3.63  | 
| 
              90  | 
                    64.66  | 
          4.17  | 
| 
           120  | 
                  101.78  | 
          4.62  | 
| 
           150  | 
                  141.78  | 
          4.95  | 
| 
           180  | 
                  151.15  | 
          5.02  | 
| 
           210  | 
                  144.66  | 
          4.97  | 
|  | 
 Parameter Farmakokinetika
Parameter Farmakokinetika
Dosis 750 mg                      
| 
T(menit) | 
75O mg/ 50 Kg BB manusia | |
|  | 
Cp | 
lncp | 
| 
              15  | 
             45.742  | 
                 3.82  | 
| 
              30  | 
            
  26.012  | 
                 3.26  | 
| 
              60  | 
             41.689  | 
                 3.73  | 
| 
              90  | 
            
  64.662  | 
                 4.17  | 
| 
           120  | 
           138.450  | 
                 4.93  | 
| 
           150  | 
          
  120.611  | 
                 4.79  | 
| 
           180  | 
           128.719  | 
                 4.86  | 
| 
           210  | 
          
  177.370  | 
                 5.18  | 

VI.           
PEMBAHASAN
Pada
praktikum kali ini dilakukan percobaan dengan tujuan memperkirakan model
kompartemen kinetika obat berdasarkan
kurva semi logaritmik kadar obat dalam darah terhadap waktu,
menetapkan jadwal dan jumlah pencuplikan serta lamanya sampling untuk
pengukuran parameter farmakokinetika berdasarkan model kompartemen yang telah
ditetapkan.Percobaan ini
merupakan lanjutan dari percobaan pertama, dimana kita sudah mengetahui
prosedur analisis suatu obat. Dengan menggunakan hewan uji yang sama kita akan
menentukan model kompartemen suatu obat. Cara penentuan ini dipengaruhi oleh waktu pengambilan cuplikan, disini kita mengambil darah
yang akan di ukur.
Obat
berada dalam keadaan dinamik dalam tubuh. Dalam suatu sistem biologik,
peristiwa-peristiwa yang dialami obat sering terjadi serentak. Dalam
menggambarkan sistem biologi yang kompleks tersebut, dibuat penyederhanaan
anggapan mengenai pergerakan obat itu. Suatu hipotesis atau model disusun
dengan menggunakan istilah matematik, yang memberi arti singkat dari pernyataan
hubungan kuantitatif. Berbagai model matematik dapat dirancang untuk meniru
proses laju absorpsi, distribusi dan eliminasi obat. Melalui praktikum ini,
akan ditentukan penentuan waktu pengambilan cuplikan (sampling time)
Parasetamol dosis 500 mg/50 Kg BB dan 750 mg/ Kg BB dimana waktu pencuplikan
ini sangat menentukan perkiraan model kompartemen yang dianut oleh obat
tersebut dan diberikan secara per-oral. Melalui model kompartemen, selanjutnya
dapat dihitung parameter-parameter farmakokinetika obat Parasetamol dalam
proses distribusi dan eliminasi.
Penetapan waktu
pengambilan cuplikan yang sebenarnyadilakukan dengan perhitungan t½ eliminasi. T½ eliminasi
adalah waktu yang diperlukan sejumlah obat untuk berkurang menjadi separuhnya.
Sedangkan penetapan model kompartemen dapat diketahui dari nilai kadar puncak
obat dalam plasma dan waktu pencuplikan.
Secara
teoritis untuk percobaan pendahuluan, lama pengambilan cuplikan perlu
diperhatikan. Jika data darah yang digunakan sebagai cuplikan, maka pencuplikan
yang dilakukan 3-5 x t1/2
dari fase eliminasi namun jika data yang digunakan sebagai cuplikan adalah
urine maka dilakukan 7-10 x t1/2 eliminasi.
Pada
percobaan ini, hewan uji yang digunakan adalah tikus, bagian darah yang diambil
adalah plasmanya yang digunakan media dalam pembuatan kurva baku Parasetamol. Darah
dari tikus diambil pada bagian vena ekor dan pada praktikum ini kami menggunakan data darah dan bukan
data urin, hal ini dikarenakan waktu yang terbatas dan kemudahan dalam
cara pengambilannya, karena kita tidak dapat memastikan waktu dan volume urin
yang dikeluarkan hewan uji. Darah yang keluar dari vena ekor kemudian ditampung
dalam ephendrof (@ 1,5 ml)  yang sudah
terdapat heparin. Heparin memiliki fungsi untuk mencegah terjadinya
penggumpalan darah atau sebagai zat antikoagulan. Jika sampel darah yang
diambil mengalami koagulasi atau penggumpalan maka yang keluar adalah serumnya
namun disini yang digunakan dalam uji pemeriksaan yakni plasma darahnya hal ini
dikarenakan obat yang akan berinteraksi dengan protein plasma dapat membentuk
suatu kompleks obat-makromolekul yang sering disebut dengan ikatan
obat-protein, atau dengan kata lain tidak dapat dilakukan pengukuran kadar obat
jika darah mengalami penggumpalan. Heparin ini tidak memiliki sifat anti
koagulan atau bisa dikatakan sifatnya sedikit sekali. Akan tetapi, jika dilihat
dari proses mekanisme heparin yang apabila berikatan dengan antitrombin III
(suatu α2-globulin) akan menginaktifkan trombin dari peredaran darah (hal
serupa pada factor koagulan IX, X, XI, XII dan plasmin). Dengan hilangnya
trombin, maka tidak ada lagi yang akan mengkatalisis pembentukan benang-benang
fibrin dari fibrinogen, sehingga tidak terjadi proses pembekuan darah. Oleh
karena itu, kompleks heparin-anti trombin III berfungsi sebagai anti koagulan.

PARACETAMOL

Pada pembuatan
larutan baku
paracetamol dosis 500 mg/ 50 KgBB dan 750 mg/ 50 KgBB dengan
ditimbang 650 mg dan
945 mg paracetamol masing-masing dimasukkan dalam labu takar 100 ml dan
ditambahkan dengan
aqua dest (panas) sampai tanda sehingga diperoleh kadar 1000µg/ml
hal ini dikarenakan sifat Parasetamol yang menurut literatur bahwa Parasetamol
tidak larut dalam air, tetapi larut dalam air mendidih sehingga pembuatan
larutan baku parasetamol dilakukan dengan melarutkan parasetamol dalam air
mendidih.
Pembuatan larutan kurva baku
parasetamol dengan kadar 100, 200, 300, 400, 500, 600, 700 µg/ml dengan cara
dipipet 500 µl darah yang telah diteteskan heparin (secukupnya), ditambahkan
500 µl larutan stok obat, dibuat kadar yang diinginkan dan di vortex. Setelah
divortex, langkah berikutnya adalah menambahkan 2,0ml TCA 20%, kemudian di
vortexing kembali. Perlu diketahui bahwa TCA (Trichloroacetic acid) berfungsi sebagai senyawa
yang dapat menghentikan kerja enzim yang dapat memetabolisme obat sekaligus
akan menyebabkan denaturasi protein plasma. Kemudian disentrifuge pada
kecepatan 2500 rpm selama 5-10 menit dan diambil beningannya. Proses vortexing digunakan untuk
mencampur semua cairan yang ada di dalam tabung sentrifuge supaya homogen.
Penambahan TCA dapat mengikat protein dan mengendapkannya saat dilakukan proses
sentrifugasi sehingga keberadaan protein tidak mengganggu pembacaan absorbansi.
Endapan akan terpisah pada bagian bawah dan pada supernatan terdapat cairan
bening (plasma darah). Proses sentrifuge
juga dilakukan untuk lebih dapat mengendapkan protein plasma darah dan
didapatkan plasmanya dalam bentuk beningan atau yang sering disebut supernatan.
Fase beningan Parasetamol diambil
sebanyak 1,5ml dimana pengambilan supernatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengambil obat yang
bebas dari protein plasma karena obat yang terikat pada protein plasma tidak
akan aktif secara farmakologik sehingga tidak memiliki efek terapeutik
(menyebabkan data hasil pengamatan tidak valid). Selanjutnya ditambahkan 0,5 ml
HCl 6 N dan ditambah pula 1,0ml NaNO2 10% dimana penambahan HCl ini dimaksudkan untuk
memberikan suasana asam dalam pembentukan reaksi diazotasi antara Parasetamol
dengan 1,0ml NaNO2 10%. Penambahan HCl dan NaNO2 akan membentuk reaksi diazotasi yang tidak
tahan suhu kamar. Karena pada suhu kamar garam diazonium akan dengan mudah
terdegradasi menjadi senyawa fenol dan gas nitrogen maka perlu dilakukan
perendaman selama 15 menit ditempat dingin dengan suhu <15oC pada proses ini dilakukan perendaman
dalam air es. Selain itu, konsentrasi dari NaNO2 untuk Parasetamol lebih tinggi
karena parasetamol bersifat kurang asam sehingga diperlukan pereaksi yang lebih
pekat untuk membentuk garam diazonium. Ditambahkan 1,0 ml asam sulfamat 15% melalui
dinding tabung dengan maksud menghilangkan HNO2 yang berlebih. Reaksinya
sebagai berikut :





          Setelah didiamkan ditambah asam sulfamat 15% 1,0ml, ditambah
3,50ml NaOH 10% dan diaddkan dengan aqudest kemudian diukur absorbansinya.
NaNO2 berfungsi untuk reaksi diazotasi, yaitu pembentukan garam diazonium yang
sangat reaktif. Didiamkan supaya reaksi berlangsung secara sempurna dan cepat. Asam sulfamat berfungsi agar
tidak tebentuk HNO2 yang berlebih. Apabila HNO2 bereaksi dengan TCA, akan
membentuk ion nitronium yang menyebabkan reaksi diazotasi tidak sempurna. Hal
yang menujukkan hilangnya HNO2 yaitu dengan berkurangnya gas N2 atau gelembung
udara yang terbentuk warna yang sempurna saat akan dibaca absorbansinya pada
spektrofotometri UV.
          Pembuatan
kurva baku Paracetamol ini dilakukan dengan membaca absorbansi larutan
paracetamol dari konsentrasi 100-700 μg/ml pada gelombang maksimum (435 nm)
yang telah didapatkan. Dan didapatkan persamaan kurva baku y = 1,1080.10-3x .
-0,0930. Persamaan kurva baku ini selanjutnya digunakan untuk menghitung kadar
parasetamol dalam plasma.
          Setelah
dilakukan pembuatan kurva baku parasetamol selanjutnya dilakukan pemberian secara
peroral, dengan sediaan berupa suspensi parasetamol pada masing-masing hewan
uji dengan dosis 500mg/50kgBB manusia yang sudah dikonversikan dengan tikus.
Cuplikan darah Paracetamol waktu 0 menit, 15 menit, 30 menit, 45 menit, 60
menit, 90 menit, 120 menit, 150 menit, 180 menit, 240 menit dan 300 menit.
          Tahap
pertama darah tikus pada t-0 yang digunakan sebagai blanko. Dilakukan pemberian
secara per-oral dalam bentuk sediaan suspensi. Suspensi parasetamol dibuat
dengan menimbang parasetamol kemudian dicampur dengan CMC Na (0,5%) yang sudah
mengembang kemudian dimasukkan labu takar 25,0 ml dan ditambah dengan aquadest
hingga 25,0 ml. Tujuan
pembuatan suspensi parasetamol adalah karena parasetamol bersifat tidak
larut air sehingga pemberian kepada hewan uji harus dibuat dalam bentuk
suspensi untuk memudahkan pelarutan parasetamol sehingga dapat diberikan secara
peroral pada hewan uji. Parasetamol dengan dosis 500mg/50kgBB manusia yang
telah dikonversikan ke dosis tikus dan disesuaikan dengan volume pemberiannya.
Sebelumnya ependroff diberi heparin dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
penggumpalan darah atau sebagai zat antikoagulan. Lalu divortexing, ditambah
dengan 2,0 ml TCA 20%, kemudian di vortexing lagi. TCA berfungsi sebagai
mengikat protein dan mengendapkannya saat sentrifugasi sehingga keberadaan
protein tidak mengganggu pembacaan absorbansi kemudian divortex kembali.
Disentrifuge untuk mengendapkan darah dan didapatkan plasmanya. Endapan akan
terpisah pada bagian bawah dan pada supernatan terdapat cairan bening yaitu
plasma darah.
          Supernatannya
diambil 1,5 ml dan dimasukkan ke dalam labu takar 10,0 ml dan ditambahkan HCl 6
N sebanyak 0,5ml. Penambahan HCl ini dimaksudkan untuk memberikan suasana asam
dalam pembentukan reaksi diazotasi antara parasetamol dengan 1,0ml NaNO2 10%.
Penambahan HCl dan NaNO2 akan membentuk reaksi diazotasi yang tidak tahan
terhadap suhu kamar. Oleh sebab itu, perlu dilakukan perendaman selama 15 menit
ditempat dingin (suhu <15oC) dengan merendamnya dalam air es. Kemudian
ditambahkan 1ml asam sulfamat 15% melalui dinding tabung. Tujuan dari perlakuan
ini adalah menghilangkan HNO2 yang berlebih. Kemudian ditambahkan NaOH 10%
sebanyak 3,5ml kedalamnya. Hal ini bertujuan untuk memperpanjang gugus kromofor
(pembentukan kompleks) yang ditandai dengan terbentuknya warna kuning. Kemudian
dilakukan pembacaan absorbansi pada panjang gelombang maksimal. Setelah itu
dapat dihitung waktu cuplikan Parasetamol dan diperoleh kurva waktu vs Ln Cp
Parasetamol dalam darah.
Pada percobaan kali ini diperoleh
kurva yang tidak diharapkan, karena pemberian obat secara oral, maka seharusnya
terdapat fase absorbsi. Namun pada kurva yang didapat, malah sebaliknya, pada
t15-t60 mengalami penurunan konsentrasi pada plasma darah, sehingga belum bisa
kompartemen apa yang terbentuk pada praktikum kali ini. Ini mungkin disebabkan
karena kesalahan pemberian obat yang tidak masuk ke dalam tubuh hewan uji, atau
faktor fisiologis hewan uji yang tidak baik.
Pada penentuan waktu sampling yang
di lakuka, didapat hasil perhitungan pada pemberian obat paracetamol dosis 500
mg/ 50 KgBB 11,5-192,5 jam dan pada dosis 750 mg/ 50KgBB pada jam ke 5,33-8,88
jam. Dimana menurut literatur yang tercantum bahwa t1/2 eliminasi dari
Parasetamol yaitu 1-3 jam sehingga praktikum tidak sesuai dengan literatur. Hal
ini dikarenakan adanya faktor fisiologis dari hewan uji itu sendiri.
VII.           
KESIMPULAN
1.      Tujuan praktikum
ini yaitu penetapan waktu pengambilan cuplikan dan asumsi model kompartemen
setelah dilakukan validasi metode analisa untuk menentukan panjang gelombang
maksimal dan waktu operasional parasetamol dan na diklofenak. 
2.      Belum dapat diterntukan
model kompartemen pada obat paracetamol karena kurva tidak sesuai dengan model
kompartemen apapun.
3.      Penentuan waktu
sampling pada paracetamol dosis 500 mg/ KgBB dan 750 mg /
KgBB adalah 11,5-192,5 jam dan 5,33-8,88 jam.
VIII.           
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Farmakope
Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan  Republik Indonesia
Cahyati, Yeyet S. 1985. Cermin Dunia Kedokteran, Pengantar Farmakokinetika. Jakarta
: Pusat
Penelitian dan Pengembangan PT. Kalbe Farma
Gibaldi, M., and Perrier, D. 1982.  Pharmacokinetics  2nd Edition. New York:
Marcel Dekker
Hoan,
Tjay Tan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat
Penting. Jakarta : PT. Gramedia
Shargel, Leon and Andrew Yu.
1999. Applied Biopharmaceutics and Pharmacokinetics, 476-477, Fourth
Edition. United States of America: Appleton and Lange
Wagner,JG.
1993. Pharmacokinetics for the
pharmaceutical scientist. United States of America: Appleton and Lange
 
Lucky Club Review 2021 - Lucky Club Casino Site
BalasHapusLucky Club is the most impressive brand-new brand out there. It's operated by Playtech, which has established itself luckyclub as a leader in the iGaming space. Read our review
No Deposit Slots | Casino - DrmCD
BalasHapusYou must 성남 출장마사지 deposit at least $10 or more to get free spins. · Bonus and Promotions 밀양 출장마사지 · No 전주 출장마사지 Deposit Bonuses. 청주 출장안마 · Minimum 계룡 출장마사지 Deposit. · Free Spins.